Jumat, 27 Juli 2012

Kepemimpinan Dalam Lir-Ilir



Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…

Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,?
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) di sisi
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…

Begitu luar biasa Sunan Kalijaga membungkus pesan ke-Islaman dalam sebuah kesenian yang memukau. Sering kita mendengarkan tembang lawas ini dilantunkan berbagai kalangan, namun jarang kita mengerti hakikat kehidupan yang disampaikan dalam syair indah tersebut. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.

 Jika ditinjau lebih dalam lagi, lirik dari lagu ini ternyata mengandung sebuah pesan kepemimpinan  yang patut dipelajari:

Cah angon-cah angon
Cah angon berarti penggembala hewan ternak. Sebuah profesi yang juga digeluti oleh pada Rasul terdahulu, mulai dari Nabi Yusuf, Ayub, Musa, hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas muncul sebuah pertanyaan, “kenapa harus penggembala?”. Begitulah cara Allah mendidik manusia-manusia pilihan-Nya untuk menjadi pemimpin. Sebelum memimpin kaum manusia, para Nabi tersebut diuji terlebih dahulu agar mumpuni dalam memimpin wedhus. Di samping ilmu kepemimpinan, kegiatan penggembalaan juga memberikan waktu dan tempat yang tepat agar otak manusia bisa merenung dan berpikir. Maka Cah angon dalam bait ini berarti “Wahai para pemimpin!”.

Penekno blimbing kuwi
Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Maka dalam sebuah kepemimpinan, segala sesuatu harus dilandaskan kepada keimanan yang kuat. Segala kebijakan yang dibuat tidak bertentangan dengan syari’at Allah. “Laa thaa’atal-makhluuq fii ma’shiyatil-khaaliq”. Tidak ada kata taat kepada makhluk dalam hal bermaksiat terhadap Sang Pencipta.

Lunyu-lunyu yo penekno
Meskipun licin, namun tetaplah raih keimanan itu! Memang sebuah kenyataan bahwa Iman itu senantiasa naik dan turun. Ujian dan cobaan dari Allah juga akan selalu datang untuk mengupgrade kualitas iman manusia. Jalan menuju keimanan kepada Sang Pencipta memang licin, terjal, dan penuh tantangan. Walau begitu, Lunyu-lunyu yo penekno, tetaplah kau raih!

Kanggo mbasuh dodotiro
Apa gunanya bersusah-payah meraih keimana? Yaitu untuk mbasuh dodotiro, membersihkan pakaian akhlak pribadi kita. Pakaian alkhlak inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Kepribadian manusia akan dengan mudah terbaca dari “pakaian” yang biasa dikenakannya. Maka dengan keimanan yang kuat dalam diri kita, diharapkan akan bisa membersihkan diri dengan senantiasa mengenakan pakaian terbaik. “Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (Al A'raf : 26)

Dodotiro, dodotiro
Pakaianmu wahai pemimpin! Ingatlah pakaianmu! Sebuah penekanan bahwa “pakaian” adalah sebuah hal serius yang harus diperhatikan.

Kumitir bedah ing pinggir
Sesungguhnya dalam perjalanan hidupmu itu rentan rusak dan terkoyak. Ada kalanya cobaan dan tipu daya dalam hidup ini menyebabkan lubang dalam pakaian kita. Hal ini pasti ada dan terjadi, tidak bisa dihindari.

Dondomono, Jlumatono
Maka jahitlah, benahilah “pakaianmu” itu. Jangan biarkan ia rusak dan terkoyak terlalu lama. Kuatkan diri atas cobaan dan tipu daya dunia yang menghadang. Biarkan pakaian ketaqwaan itu senantiasa membalut dirimu sampai kapanpun. Biarkan kepemimpinanmu selalu dihiasi dengan rahmat dan ridho dari Tuhanmu.

Kanggo sebo mengko sore
 Semua hal yang dilakukan mulai dari memanjat belimbing, hingga membenahi pakaian yang terkoyak itu tidak lain untuk mempersiapkan diri menghadap di waktu senja nanti. Sebuah waktu yang dinantikan setiap orang yang merindukan rahmat dan kasih sayang. Yaitu ketika waktu senja telah datang. Ketika matahari telah merendah, dan umur manusia telah mendekati akhir batasnya. Maka seorang pemimpin yang berhasil menjaga pakaian taqwa itu dengan baik, dialah yang akan menghadap Tuhannya dengan wajah berseri-seri. ^_^

Janganlah kamu meminta suatu jabatan karena sesungguhnya bila kamu diberi suatu jabatan tanpa memintanya, maka kamu akan mendapat pertolongan dalam menjabat jabatan itu, tetapi kalau kamu diberi suatu jabatan karena meminta, maka sesungguhnya kamu teah diserahkan sepenuhnya kepada jabatan itu (Shahih Bukhari No. 7146 dan Shahih Muslim No. 1652)

{hw}
lintasberita
3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar