Misi Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam
Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, misi tersebut diaktualisasikan
dengan cara: (1) menegakkan Tauhid yang murni berdasar Al-Qur’an dan As-Sunnah;
(2) menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang shahihah/maqbulah; (3) mewujudkan Islam dalam kehidupan
pribadi, keluarga, dan masyarakat. Misi tersebut merupakan langkah-langkah
untuk mewujudkan Visi Muhammadiyah “Terwujudnya Masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya”
MewujudkanVisi Muhammadiyah di Ranting
Masa depan Muhammadiyah ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh
anggota, kader, dan para pemimpinnya. Gerak yang mereka lakukan adalah langkah-langkah
yang sangat bermakna dan memberikan gambaran masa depan. Bila yang dilakukan
tidak terkait dengan tujuan Muhammadiyah, maka selamanya tujuan Muhammadiyah
tidak akan terwujud. Tetapi bila geraknya menuju tujuan Muhammadiyah, maka kita
tinggal menunggu waktu untuk menyaksikan terwujudnya.
Program dan aktifitas apapun yang dilakukan oleh anggota, kader,
muballigh, dan para pemimpin Muhammadiyah seharusnyalah dengan visi yang sama,
yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bagi ranting, visi
tersebut diterjemahkan menjadi “Terwujudnya Masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya di ranting yang bersangkutan”.
Penjelasan Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah menyebutkan,
bahwa Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya secara umum dapat digambarkan
sebagai keadaan masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat Allah yang
melimpah-limpah, sehingga merupakan “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafuur” yakni suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur di
bawah perlindungan Tuhan yang Maha Pengampun. Masyarakat semacam itu,
selain merupakan kebahagiaan di dunia bagi seluruh manusia, akan juga menjadi
tangga bagi ummat Islam untuk memasuki gerbang surga “Jannatun
Na’im” untuk mendapatkan keridhaan Allah yang abadi.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu adalah merupakan
rahmat Allah bagi seluruh alam, yang akan menjamin sepenuhnya keadilan,
persamaan, keamanan, keselamatan, dan kebebasan bagi semua anggota-anggotanya.
Secara sederhana, Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di
ranting digambarkan sebagai sebuah kawasan yang didominasi oleh pribadi-pribadi
muslim yang sebenar-benarnya. Mereka memberikan pengaruh kuat kepada
keluarga dan masyarakat lingkungannya. Mereka berjuang menjadikan
keluarganya menjadi Keluarga Islam yang sebenar-benarnya.
Peran sosial yang mereka emban dilakoni sesuai dengan ajaran Islam dan
dijadikan sebagai sarana menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam. Mereka
menjalani peran sosialnya dengan menjadi ketua RT, ketua RW, lurah, kepala
desa, guru, ustadz, pedagang, dan lain-lain.
Kunci pencapaian visi Muhammadiyah adalah
pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Semakin banyak jumlah mereka, semakin
dekat visi tercapai. Tugas Muhammadiyah membina sebanyak-banyaknya orang. Bila
di sebuah kawasan ranting berpenduduk 1.000 orang, maka Pimpinan Ranting
seharusnya menjadikan mereka semua menjadi sasaran dakwah. Selanjutnya
memetakan siapa-siapa di antara mereka yang muslim dan non muslim. Yang muslim
dicatat, berapa orang dan siapa-siapa saja yang anggota Muhammadiyah,
yang simpatisan Muhammadiyah, dan yang non simpatisan Muhammadiyah. Demikian
pula yang non muslim, berapa orang dan siapa-siapa saja yang beragama Kristen,
Katolik, Hindu. Budha, dan lain-lain.
Energi terbesar hendaknya dicurahkan untuk membina anggota dan
simpatisan. Terhadap yang non simpatisan, kita menjaga hubungan baik,
bersillaturrahim, menunjukkan kebaikan Muhammadiyah, dan memberikan pelayanan
yang bisa diberikan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Siapa tahu lama-lama mereka bisa menjadi simpatisan. Terhadap yang non
muslim, kitapun harus menjaga hubungan baik selagi mereka tidak
menghalang-halangi ummat Islam untuk menjalankan agamanya, sambil mengajak mereka
untuk mengerti Islam dan menjadi muslim.
Sebagai modal perwujudan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
diperlukan pribadi-pribadi muslim yang jumlahnya mencukupi untuk mengatur dan
mendominasi tata kehidupan masyarakat di kawasan tersebut. Dalam kasus kawasan
ranting yang berpendudukan 1.000 orang, Pimpinan ranting harus berani
menargetkan lebih dari 500 orang yang dibina secara serius. Perjuangan utama
anggota Muhammadiyah di ranting tersebut adalah membina mereka menjadi
pribadi-pribadi muslim yang sebenar-benarnya.
Gambaran Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya
Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya adalah pribadi yang
memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara kaafah, dengan
ciri-ciri: bertauhid murni, berakhlak mulia, taat beribadah dengan cara
yang dituntunkan Nabi, dan bermuamalat duniawiyat menurut ajaran
Islam. Contoh pribadi muslim yang sempurna adalah Rasulullah SAW.
Pribadi Rasulullah adalah puncak sesungguhnya dari kepribadian muslim yang
sempurna, yang seharusnya kita jadian acuan perjalanan hidup kita. Menjadi
pribadi seperti Rasulullah, seharusnya menjadi impian terbesar hidup kita,
menjadi obsesi kita, menjadi sesuatu yang kita perjuangkan dengan segala daya
dan upaya yang kita miliki. Hidup kita adalah perjuangan mewujudkan impian tersebut.
Aktualisasinya adalah dengan melangkahkan kaki dan memastikan bahwa
langkah-langkah kita benar-benar menuju puncak impian tersebut.
Kita harus mencurahkan segenap energi yang kita miliki untuk
melangkah mendaki menuju puncak kepribadian meskipun jauh lebih berat dibanding
bila melangkah turun menjauhi puncak. Bila kita melakukan perjalanan mendaki
gunung, kita cukup dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri secara bergantian
dan berulang-ulang sampai ribuan kali, dan akhirnya kita bisa tiba di puncak.
Demikian pula perjalanan menuju pribadi muslim yang sebenar-benarnya, kita
cukup melakukan dua langkah berulang-ulang tanpa kenal lelah.
Langkah pertama:menyelaraskan misi pribadi dengan misi
Muhammadiyah.
Misi pertama Muhammadiyah adalah“menegakkan Tauhid
yang murni berdasar Al-Qur’an dan As-Sunnah”. Misi tersebut kita
aktualisasikan dalam pribadi kita masing-masing sehingga menjadi :”menegakkan
tauhid yang murni berdasar Al Qur’an dan As-Sunnah dalam diri saya
pribadi” Yang kita lakukan adalah mempelajari tauhid dan
menjadikan hidup kita sepenuhnya berdasar tauhid yang murni, bebas dari segala
macam bentuk syirik. Inti dari ajaran tauhid adalah kalimah laa ilaaha
illallah –tidak ada ilah kecuali Allah – . Kata Ilah di
dalam Al Qur’an setidaknya digunakan untuk 3 hal: pertama, benda-benda
atau berhala-berhala yang dijadikan sesembahan. Kedua, manusia
yang segala titahnya harus ditaati meskipun tidak sesuai dengan aturan Allah,
seperti yang dilakukan oleh Fir’aun. Ketiga, hawa nafsu,
yakni ketika dorongan nafsu berhasil mengatasi tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Orang yang bertauhid murni adalah yang berhasil membebaskan diri segala macam
pengaruh benda, sesama manusia, dan hawa nafsu, dan hanya membuka peluang dan
membenamkan diri dalam pengaruh yang berasal dari Allah. Benda, manusia, hawa
nafsu boleh mempengaruhi dirinya sepanjang sesuai dengan yang dikehendaki
Allah. Ia menjadi orang yang paling bebas karena bersandar kepada Allah yang
Maha Perkasa, tidak ada ikatan-ikatan lain yang membelenggunya.
Misi kedua Muhammadiyah adalah: “menyebarluaskan dan
memajukan Ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
shahihah/maqbulah”. Kita jadikan menjadi misi pribadi kita sehingga
menjadi: “Saya belajar, menyebarluaskan, dan memajukan Ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/ maqbulah”. Aktualisasi
misi ini kita lakukan dengan senantiasa mempelajari Islam dengan membaca,
mengikuti pendidikan dan pengajian. Tiada hari tanpa belajar. Semakin lama
kepahaman kita terhadap ajaran Islam semakin baik.
Misi ketiga Muhammadiyah adalah “mewujudkan Islam
dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat”. Kita jadikan
menjadi misi pribadi menjadi “Mewujudkan Islam dalam kehidupan pribadi
saya dan keluarga saya”.Menjalankan misi ketiga ini menghasilkan
komitmen untuk mengamalkan ajaran Islam secara kaafah. Setiap perintah Allah
disikapi dengan bersungguh-sungguh mengamalkannya. Setiap larangan Allah
disikapinya dengan sungguh-sungguh menghindarinya. Ia senantiasa bersungguh-sungguh
menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah.
Langkah kedua: membangun kebiasaan positif.
Masa depan kita ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini.
Perbuatan baik yang dilakukan terus menerus menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan
baik yang dilakukan terus menerus menjadi sikap, dan sikap berkembang menjadi
karakter. Kesuksesan dimulai dengan membangun kebiasaan baik, melakukan terus
menerus apapun rintangannya. Boleh saja terjatuh, tetapi selalu bangun lagi.
Orang mengatakan jatuh bangun. Di situlah terjadi pembelajaran luar biasa.
Setiap kejatuhanan adalah guru yang membuat semakin arif dan vaksin yang
menjadikan semakin kuat sehingga ketika bangun menjadi semakin bijak dan kokoh.
Tidak ada orang hebat yang tak pernah jatuh.
Perbuatan baik yang harus kita biasakan dan perjuangkan menjadi
kebiasaan anggota Muhammadiyah dan pribadi-pribadi muslim, antara lain The
Seven Golden Habitbagi seorang Muslim. Bagi seorang Muslim, The
Seven Golden Habit (tujuh kebiasaan emas) ini dapat diterjemahkan
dalam bentuk: pertama, tertib dalam melaksanakan shalat, yakni shalat fardhu di
awal waktu dan berjama’ah serta melaksanakan shalat tathawwu’, meliputi shalat
sunnah rawatib, shalat tahajud 11 raka’at setiap sepertiga malam akhir dan
shalat dhuha setiap pagi. Kebiasaan emas kedua adalah puasa sunnah, ketiga:
berinfaq dan berzakat secara terprogram, keempat: beramal shaleh dan berjihad
setiap hari, kelima: membaca Al-Qur’an setiap hari dan mengkhatamkannya (30
juz) setiap bulan, keenam: membaca buku minimal satu jam setiap hari, dan
ketujuh: berpikiran positif dan murah senyum.
Kedua langkah tersebut kita lakukan berulang-ulang terus menerus
sampai ribuan kali bahkan jutaan kali sepanjang hanyat masih di kandung badan.
Setiap langkah yang benar memberikan selapis peningkatan kualitas pribadi.
Semakin banyak pengulangan langkah semakin tinggi pula kualitas pribadi kita,
dan semakin dekat terwujud pribadi muslim yang sebenar-benarnya
Aktualisasi Gerakan di Ranting
Menurut Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Ranting Muhammadiyah
dapat berdiri apabila anggota-anggota Muhammadiyah di suatu kawasan telah
mampu: (1) Menyelenggarakan pengajian/kursus anggota berkala,
sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan; (2) Menyelenggarakan pengajian/kursus
umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan; (3) Mendirikan
Mushalla/surau/langgar sebagai pusat kegiatan; (4) Membentuk jama’ah-jama’ah.
Persyaratan pendirian ranting tersebut merupakan ketentuan
strategis yang dapat menjamin gerakan dakwah Muhammadiyah dapat terlaksana di
kawasan ranting. Pengajian, kursus berkala, mushalla, dan jama’ah merupakan
media pembinaan yang efektif untuk pembinaan ummat. Pimpinan Ranting
berkewajiban menyelenggarakan media-media pembinaan tersebut menjadi lembaga
yang punya nama di kawasan ranting sehingga memiliki daya panggil yang kuat dan
digemari masyarakat.
Pengajian/Kursus Anggota Berkala
Pengajian Anggota adalah pengajian khusus
bagi anggota-anggota Muhammadiyah. Tujuannya memberikan pengajaran dan
bimbingan kepada anggota agar menjadi muslim yang taat,memahami dan mengamalkan
ajaran Islam yang benar sesuai dengan yang dipahami Muhammadiyah, dan mampu
menjadi subyek dakwah terutama sebagai inti jama’ah. Kita dapat
mensosialisasikan himpunan putusan tarjih, Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah, Tuntunan Keluarga Sakinah, kaidah-kaidah perjuangan Muhammadiyah
serta produk-produk pemikiran resmi Muhammadiyah lainnya. Diselenggarakan
sekurang-kurang sekali dalam sebulan, idealnya diselengarakan seminggu sekali
karena otak lebih mudah mengingatnya dan lebih mudah menjadikannya sebagai
kebiasaan mingguan. Pimpinan Ranting berkewajiban memotivasi setiap anggota
Muhammadiyah yang berada dalam kawasan ranting senantiasa hadir di setiap
pengajian anggota.
Kursus Anggota Berkala adalah kursus-kursus
yang diselenggarakan khusus untuk anggota Muhammadiyah. Bentuknya bisa berupa
Baitul Arqam, Darul Arqam, Mabit Bersama, Kursus Penyelenggaraan Jama’ah, dll.
Pengajian/Kursus Umum Berkala
Pengajian Umum adalah pengajian untuk
anggota Muhammadiyah dan masyarakat umum. Pengajian ini menjadi media
Muhammadiyah dalam menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat umum. Karena
sifatnya yang umum, dalam pengajian ini sebaiknya mengajarkan topik-topik yang
tidak mudah menimbulkan gejolak atau sikap pro dan kontra di kalangan ummat
Islam. Sesuai dengan misi Muhammadiyah, materi yang paling tepat adalah
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengajian umum ini dapat dikembangkan menjadi
lembaga pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah yang komperhensif, berorientasi pada
peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. ART
Muhammadiyah mensyaratkan ranting menyelenggarakannya sekurang-kurangnya
sebulan sekali. Lebih bagus bila dapat diselenggarakan seminggu sekali sehingga
mudah diingat dan menjadi agenda rutin mingguan.
Kursus Umum Berkala; adalah kursus-kursus yang
diselenggarakan untuk mengajarkan ketrampilan tertentu kepada anggota dan
simpatisan Muhammadiyah. Kursus-kursus yang diselenggarakan ranting antara
lain: Kursus Shalat, Kursus Merawat Jenazah, Kursus Manasik Haji dan Umrah,
Kursus Penyembelihan, dan lain-lain.
Masjid/Mushalla/Surau/Langgar sebagai pusat Kegiatan
Pimpinan Rantingberkewajiban membina masyarakat agar menjadikan
masjid/mushalla/surau/ langgar sebagai pusat kegiatan anggota dan simpatisan
Muhammadiyah serta masyarakat muslim pada umumnya. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan antara lain: pertama, mengelola masjid/mushalla/surau/langgar dengan
baik dengan cara: menetapkan imam masjid dari kader Muhammadiyah, membentuk
Pengurus Ta’mir dari kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah aktif, dan
menyelenggarakan pelatihan “Penyelenggaraan Masjid/Mushalla/Surau/
Langgar” bagi Pengurus Ta’mir.
Kedua, menyelenggarakan pengajian/kursus anggota dan umum
di masjid/mushalla/langgar. Ketiga, menyelenggarakan Pengajian Anak-Anak.
Keempat, menyediakan tempat untuk kegiatan-kegiatan masyarakat, seperti: acara
akad nikah, walimah, dan kelima, mengajak masyarakat Islam untuk memakmurkan
masjid dengan shalat fardhu 5 waktu berjama’ah
Jama’ah
Buku Pedoman Pokok Pembentukan Jama’ah terbitan PP Muhammadiyah
(1972) disebutkan, bahwa Jama‘ahadalah sekelompok orang atau keluarga dalam
satu lingkungan tempat tinggal yang merupakan satu ikatan yang diusahakan
pembentukannya oleh seorang atau beberapa orang anggota Muhammadiyah dalam
lingkungan tersebut. Jama‘ahmerupakan dakwah dengan menggunakan sistem
pembinaan masyarakat dengan menggiatkan anggota Muhammadiyah dalam tugasnya
sebagai muballigh. Idealnya setiap jama’ah terdiri atas 5–10 keluarga. Dalam
setiap jama’ah terdapat satu atau lebih anggota Muhammadiyah. Jama’ah merupakan
amal usaha wajib bagi ranting. Kewajiban membina jama’ah mengisyaratkan bahwa
setiap anggota Muhammadiyah haruslah berada dalam jama’ah. Dengan
berjama’ah, semangat ber-Islam akan terjaga, dan hidupnya akan terpimpin. Dalam
jama’ah, pembinaan akan intensif dan berlangsung dalam jangka lama.
Jama’ah dipimpin oleh seorang Kader Muhammadiyah yang bertugas
antara lain: (1) memotivasi dan menjaga agar masing-masing anggota jama’ahnya
mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus yang diselenggarakan; (2)
membimbing anggota jama’ah membiasaan “The Seven Golden Habit” dan
mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya; (3) membimbing anggota jama’ah
dalam mengaktualisasikan ajaran Islam pada bidang tugas dan pekerjaan
masing-masing; (4) menjaga agar anggota jama’ahnya senantiasa berada dalam
jama’ah, dan tidak keluar dari jama’ah sampai akhir hayat; (5) apabila anggota
jama’ahnya pindah tempat tinggal, ia menghubungkan dengan jama’ah yang ada di
tempat tinggalnya yang baru dan menyerahkannya kepada pemimpin jama’ahnya untuk
pembinaan lebih lanjut; (6) menduplikasikan kemampuannya memimpin jama’ah
kepada anggota-anggotanya dengan mensponsori mereka menjadi kader.Dengan
dipimpin oleh Pemimpin Jama’ah inilah, anggota dan simpatisan Muhammadiyah
diproses dalam sistem pembinaan melalui pengajian dan kursus.
Alur pembinaan dimulai dengan proses rekruitmen anggota
jama’ah oleh para kader dari kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah.
Selanjutnya mengajak mereka mengikuti pengajian rutin dan kursus-kursus,
membina dalam jama’ah, mensponsori menjadi anggota, mengikutsertakan dalam
perkaderan dan pelatihan muballigh hingga akhirnya sebagian di antara mereka
menjadi kader dan muballigh. Kader yang dihasilkan melakukan hal yang serupa
mulai dari rekruitmen sampai menjadi kader. Kewajiban seorang kader adalah menduplikasikan
dirinya kepada anggota jama’ah binaannya sehingga menjadi kader seperti
dirinya. Dengan cara ini sistem pembinaan menjadi terstruktur, dilaksanakan
secara bertahap, sampai menjadi pribadi yang dicita-citakan. Jama’ah yang
berhasil adalah jama’ah yang mampu mengantarkan anggota-anggotanya menjadi
pribadi muslim yang sebenar-benarnya, dan mampu membentuk jama’ah baru.
Penutup
Basis Perwujudan Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
yang dicita-citakan Muhammadiyah adalah ranting. Aktualisasi dakwah di ranting
dilaksanakan secara terpimpin melalui jama’ah-jama’ah, dengan kegiatan utama
berupa pengajian-pengajian dan kursus- kursus keagamaan , berbasis di
masjid, mushalla, surau atau langgar. Anggota Muhammadiyah apapun jabatannya,
seharusnyalah berjama’ah. Wallahu A’lam. (diambil dari www.muhammadiyah.or.id)
![lintasberita](http://www.lintasberita.com/buttons_lb/lintasberita-100x20.gif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar